Semua orang pasti mengetahui R.A . Kartini. Kartini adalah sosok pencetus emansipasi wanita di Indonesia. Dia ingin wanita-wanita pribumi sejajar dengan laki-laki dalam hal mendapatkan pendidikan. Dia mendirikan sekolah kecil untuk mengajari wanita di daerahnya untuk sekedar mengerti baca tulis. Mereka diharapkan tidak hanya berada di belakang panggung yaitu rumah mereka, hanya bisa memasak, mengurus anak dan melayani suami. Kartini berharap kaumnya mengenyam pendidikan dan mengerti akan khasanah ilmu yang layak untuk mereka teguk yang nantinya dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sekilas kita perlu mengetahui tentang Konggres perempuan II. Pada Konggres Perempuan II di Jakarta tahun 1935 memutuskan bahwa perempuan Indonesia bertugas sebagai ‘Ibu Bangsa’ dengan kewajiban “mengusahakan supaya generasi muda insyaf akan kewajiban kebangsaan. Generasi baru yang dimaksud dalam putusan tersebut adalah anak-anak yang lahir ke dunia yang diharapkan menjadi manusia yang sadar akan hak dan kewajibannya sebagai rakyat Indonesia. Sedangkan kewajiban kebangsaan yang dimaksud dalam putusan tersebut adalah para generasi muda penerus bangsa berhak dan wajib memajukan bangsanya yaitu Indonesia sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka.
Lantas apa relasi antara emansipasi Kartini dan hasil putusan Konggres Perempuan II? Emansipasi yang dimaksud oleh Kartini adalah wanita harus berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang setingi-tingginya agar nantinya dapat bermanfaat bagi keluarga dan sekitarnya. Setinggi-tingginya pendidikan atau karier seorang wanita, dia haruslah sadar akan peran utamanya sebagai ‘Ibu Bangsa’, mendidik anak mereka untuk menjadi manusia-manusia yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya yang sesuai dengan putusan Konggres Perempuan II.
Sedangkan saat ini dapat kita lihat wanita dengan emansipasinya berada di berbagai bidang mulai budaya, politik, sosial, ekonomi dan masih banyak lagi. Wanita memang memiliki kesempatan berkarier lebih besar dengan dasar emansipasi atau istilah kerennya kesetaraan gender tersebut. Namun, disadari atau tidak waktu mereka lebih banyak tercurah kepada karier daripada keluarga mereka. Akibatnya kehidupan keluarga mereka terlantar, anak-anak mereka kurang perhatian dan kasih sayang.
Urusan rumah sepenuhnya dipercayakan kepada pembantu mulai dari penjagaan anak hingga masalah dapur. Bahkan ada sebuah slentingan menggelikan yang mengatakan bahwa bayi-bayi sekarang adalah anak sapi karena mereka menerima ASI dari ibu mereka hanya beberapa bulan saja atau bahkan tidak sama sekali. Mereka diberi susu sapi yang dikemas dalam bentuk bubuk dengan berbagai merk sebagai pengganti ASI. Saat anak-anak beranjak remaja dengan kelabilan emosi dan jiwa, mereka kembali kurang perhatian orangtua terlebih ibunya. Mereka terjerumus dalam pergaulan bebas. Rokok,miras bahkan narkoba sudah menjadi bagian dari kehidupan sebagian besar remaja saat ini.
Di sisi lain, para pemimpin dunia yang tangguh konon lahir dari seorang ibu yang tangguh pula karena dengan sentuhannya, anak-anak mereka dapat merubah dunia. Dan bagi mereka yang sudah berkeluarga, sosok istri juga turut andil dalam pemikiran dan pengambilan keputusan mereka.
Sudah ada dua cerminan sosok yang lahir dari sentuhan seorang ibu yang merangkap jabatan sebagai istri. Wanita Indonesia ingin menghsilkan generasi penerus bangsa yang bisa merubah dunia ataukah yang menjadi sampah masyarakat? Semua itu sudah tercatat dalam sejarah sesuai harapan Kartini dan Konggres perempuan II. Tinggal wanita Indonesia mau mengaplikasikannya atau tidak untuk bangsanya dan keluarganya.
Source: delanoregia.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar